Saturday, November 13, 2010

7 Cara Mengatasi Marah

Marah adalah salah bentuk luapan rasa tidak puas atau tidak cocok manusia terhadap apa yang ada di sekitarnya. Marah merupakan pertanda kita memiliki perasaan. Semua orang pasti pernah marah, tak terkecuali Nabi Muhammad SAW. Namun dalam soal marah pada istri, tak ada contoh Nabi yang bisa ditiru (soalnya, Nabi Muhammad SAW sama sekali tidak pernah marah pada istrinya).  >> ^__^

Tak ada kisah Nabi Muhammad marah dalam urusan rumah tangganya. Rasul tidak pernah marah jika menyangkut pribadinya. Beliau marah jika menyangkut agama atau akhlak. Kesaksian tentang kesabaran Nabi ini diperoleh dari istrinya, Aisyah r.a.

Amarah itu adalah semacam api. Api bisa membakar apa saja yang tersentuh. Strategi untuk melawan api ini diberikan Nabi kepada umatnya, yang berkhasiat sama untuk mendinginkan pertengkaran akibat perbedaan pendapat.
Berikut tips cara menghilangkan rasa marah menurut hadist:


1. Bacalah ta`awudz (Audzubillahi minasy syaithanirrajiim). Bacaan ini yang dianjurkan Muhammad ketika dua orang di sisi Nabi saling mencela. Ujar Nabi, "Sesungguhnya aku akan ajarkan suatu kalimat yang kalau diucapkan akan hilang apa yang ada padanya. Yaitu sekiranya dia mengucapkan,: Audzubillahi minasy Syaithanirrajiim."

2. Jika ucapan ta`awudz belum juga menghilangkan marah, posisikan tubuh kita menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Misalnya, jika amarah datang sementara kita sedang berdiri, maka duduklah; jika sedang duduk, rebahkanlah tubuh.

3. Diam atau tidak berbicara. Cara ini sangat ampuh untuk mengontrol amarah. Berbicara saat sedang marah sangat berbahaya, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. "Apabila di antara kalian marah, diamlah". Kalimat ini diucapkan Nabi Muhammad hingga tiga kali (H.R. Ahmad).
Dalam urusan rumah tangga, jika diucapkan oleh seorang suami bisa merupakan suatu keputusan mutlak. Ucapan "saya talak kamu" merupakan sebuah kalimat yang sah, kendati diucapkan dalam penuh emosi. Sementara bagi istri, ucapan dalam kemarahan memang tidak memberikan konsekuensi sebesar itu, tetapi tetap menimbulkan dosa.

4. Berwudhu. Karena marah adalah api, yang bisa melawannya hanya air. "Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan itu diciptakan dari api, dan api itu diredam dengan air maka apabila di antara kalian marah, berwudulah" (H.R. Ahmad).

5. Ingin lebih tenang lagi? Lanjutkan dengan salat Syukrul Wudhu sebanyak dua rakaat. Salat ini bisa dilakukan kapan saja, kecuali pada saat yang diharamkan, yaitu seusai Isya dan Magrib atau seusai Subuh dan Duha (saat terbenam dan terbit matahari).

6. Melestarikan cinta kasih dan saling menolong. Saat kemarahan datang ingatlah jasa orang lain kepada kita dan lupakan kesalahannya. Jangan sesekali mengingat jasa kita, tetapi ingatlah bahwa kita juga pernah berbuat kesalahan.

7. Selain enam hal tersebut, dalam pertengkaran rumah tangga seorang suami bisa melakukan 'cooling down' dengan mendiamkan istrinya atau pisah kamar sementara. Tentang waktunya tidak ditentukan. Hal ini terutama untuk istri yang melakukan nuzus atau durhaka pada suami. Suami juga boleh memukul jika sang istri tetap durhaka, namun dengan aturan main yang benar, yaitu tidak di wajah dan tidak menyebabkan cacat. Berarti adalah pukulan yang amat perlahan yang merupakan sekadar peringatan.


Jika tips ini yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, insya Allah perbedaan pendapat hanya menjadi bumbu penyedap dalam berinteraksi dengan orang lain.

(ditulis oleh Muhammad Nur Sodiq, www.darussoleh.net, diedit dikit oleh saya...)

No comments:

Post a Comment