Wednesday, October 26, 2011

Berhenti Mengaku Baik!

Berhati-hatilah kepada orang yang mendeskripsikan dirinya sendiri : SUBHANALLAH,
karena bisa jadi dia : MASYA ALLAH atau NAUDZUBILLAH
-based on my true story-


Hehe, pernyataan saya di atas sih sebenarnya personal opinion saya aja ya.  Bisa jadi benar, bisa juga salah.  Tapi berdasarkan pengalaman pribadi saya, orang-orang yang mengaku baik biasanya emang nggak terlalu baik.  Beda dengan orang yang emang baik beneran, biasanya nggak diminta pun mereka rela aja bantuin kita tanpa pamrih. 
Emmmm.... Bukan berarti bantuan "orang yang ngaku baik" itu nggak berharga ya (terutama soal materi).  Masalahnya, mereka tuh senang menyebut-nyebut jasa dirinya.  >>> Sekali lagi: mengaku baik

Kebaikan itu menurut saya nggak bisa diaku-akuin.  Kebaikan itu bagaimana Allah menilai kita, bukan bagaimana kita menilai diri kita sendiri...  Kita memang wajib menilai diri sendiri, tapi sifat penilaiannya lebih ke arah kesalahan kita untuk introspeksi; bukan penilaian kebaikan kita untuk "mengaku" baik.
Seperti kata penyair: Ingatlah 2 hal dan lupakan 2 hal >>> ingatlah pada kebaikan orang lain dan kesalahan kita, namun lupakanlah kebaikan kita dan kesalahan orang lain.

Nah, pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana sikap kita setelah tau bahwa mengaku baik itu nggak baik?
Sebenarnya jawabnya mudah (hanya aplikasinya yang perlu latihan) >> terus lakukan kebaikan-kebaikan, dengan diniatkan lurus karena Allah. 


** Saya juga jadi ingat kisah Nasrudin Koja berjudul Menolong Orang yang pernah saya post sebelumnya deh... ^^ hehe 

Nggak bisa dipungkiri kadang niat tuh mudah sekali terkontaminasi.  Untungnya Allah Maha Mengetahui isi hati hamba-Nya.  Selama kita nggak tau atau nggak sengaja, istigfar kita insya Allah diterima. (amiin...)
Tips lain adalah jangan sekali-sekali mengungkit budi baik kita kepada orang lain.  Malah kalau bisa dilupakan saja.  Kalo keceplosan, ya istigfar, tpi jangan diulang..
Permasalahan "hati" ini sebenarnya bikin saya takut lo, untuk menyinggungnya.  Berat pertanggungjawabannya.  Tapi kalau nggak saya singgung, berarti saya mengurungkan menyampaikan kebaikan, dan jadinya justru malah menjerumuskan ke riya'.  Naudzubillah... [ribet amat ya?]  :(

~~~
 Sedikit tentang Riya >>>

"Riya adalah melakukan suatu amalan agar orang lain bisa melihat amalan tersebut.  Riya termasuk syirik kecil yang dilakukan karena ingin dipuji atau dikenang kebaikannya oleh orang lain, terutama oleh orang yang berhutang budi padanya" 

Perlu diingat bahwa berhenti melakukan kebaikan karena takut riya juga termasuk riya....  @_@

Note: Untuk pembahasan tentang riya ini sepertinya teman-teman lebih baik mencari tahu di buku atau browsing literatur deh...  (Maaf, soalnya saya kurang kapasitas untuk membahasnya).  Sudah banyak artikel yang membahas masalah ini dan insyaAllah dengan narasumber-narasumber terpercaya.  Kalau teman-teman malas nyari link-nya, teman-teman bisa klik disini atau disini.  Insya Allah penjelasannya lumayan bagus.  Selanjutnya teman-teman bisa diskusi dengan orang yang dianggap pas.  Okey  ^_*

#Duh, jadi ingat percakapan kecil antara saya dan keponakan manis saya, Ayu, tentang riya.  Saya harap dia baca postingan ini, supaya bisa ngasih masukan lagi.
All of us need a reminder, called friend.

No comments:

Post a Comment